SELAMAT DATANG DI BLOG YANG PENUH SEMANGAT, MOTIVASI DAN INSPIRASI. MENCIPTAKAN GENERASI MUDA INDONESIA YANG BERIMAN DAN BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT.

Minggu, 15 Januari 2012

Puasa Ditinjau Dari Berbagai Aspek

Sesungguhnya Allah SWT, telah menjadikan syari’at Islam sebagai penutup sekaligus penyempurna segala syari’at. Di antara keistimewaan syari’at Islam ini adalah kesempurnaanya dan kecakupanya terhadap solusi dari seluruh masalah, serta manfaatnya untuk setiap tempat dan zaman. Walaupun terhadap masalah-masalah atau kejadian-kejadian yang baru dengan berkembangnya tempat dan zaman. Syari’at Islam telah mencakup dan memberi solusinya. Yaitu dengan bersandar kepada hukum-hukum dan kaidah-kaidah sebagai asas yang umum. Allah SWT, berfirman bahwa Al Qur’an telah menjelaskan segalanya:

•….          

“…dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (Q. S. An Nahl : 89).

Sedangkan yang kita bahas adalah masalah puasa, merupakan rukun islam yang ke-empat,sebagai mana hadist shohih menyatakan "بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ" “Islam itu dibangun atas lima dasar, yaitu salah satunya adalah “As Shiyam”, maka secara tidak langsung kita telah dituntut untuk bersyari’at dengan benar dan baik seperti yang telah Allah SWT, ajarkan kepada nabi Muahammad SAW dan seluruh pengikut-pengikutnya atau umat beliau. Sementara itu, di suatu sisi orang-orang hampir melupakan Syari’at Islam, yang sebagai dasar hukum islam, yang wajib oleh semua orang islam untuk mengetahuinya, agar selamat dunia sampai akhirat.

B. SYARI’AT PUASA

Alhamdulillah bulan Ramadhan 1431 H tahun ini dapat kita jumpai. Suatu kenikmatan yang luar biasa telah diraih. Peluang mendekatkan diri kepada Allah seraya memohon ampun kepadanya dapat dilakukan. Kita berharap semoga ibadah puasa tahun yang akan datang lebih menjadi berkualitas dibandingkan dengan puasa kita yang tahun-tahun yang lalu atau yang sebelumnya.
Tentunya masih segar di ingatan kita ayat yang populer di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 183, yaitu:


              
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Puasa itu hanya beberapa hari saja. Ayat ini merupakan suatu perintah Allah, bahwa puasa itu wajib. Namun disisi lain dengan kewajiban itu banyak aspek-aspek yang mendukung dan sejalan dengan kewajiban itu, seperti aspek kesehatan, aspek ekonomi, bahkan aspek sosial pun ada.

C. ASPEK KESEHATAN

Puasa bukan sekedar kewajiban atau kesunahan belaka, bukan hanya mendatangkan pahala dan tidak pula sekedar melebur dosa. Akan tetapi lebih jauh dari itu.
Banyak sekali hikmah-hikmah puasa yang terkandung didalamnya. Maka kalau dikaji dengan seksama, diteliti dan dianalisa, akhirnya akan bermuara kepada suatu kesimpulan, bahwa puasa itu merupakan kebutuhan, baik rohani maupun jasmani. Dengan berpuasa, jiwa menjadi tenang, pikiran akan jernih dan damai. Sementara jasmani akan semakin tegar dan bugar.
Hal ini sejalan dengan apa yang disabdakan nabi, dalam salah satu haditsnya yang berbunyi: “Shumu tashihu”.(berpuasalah kamu niscaya akan sehat) H.R. Tabrani dari Abi Umamah dengan Isnad yang hasan.
Para dokter pakar dan pakar-pakar kesehatan mencoba mengkaji dan menganalisa hadits Nabi ini sampai di mana kebenaranya. Ternyata kebenaran hadits Nabi ini tidak bisa dipunkiri. Banyak dokter-dokter yang mengakuinya. Bukan hanya sekedar mengakui, akan tetapi mereka ikut menjalankannya. Bahkan kepada pasien-pasien mereka, tidak jarang mereka perintahkan untuk berpuasa sebagai alat pengobatan.
Salah seorang pakar kesehatan yang bernama Dr. Wernan Macfadan mengatakan “Saya tertarik dan percaya bahwa puasa sanggup menyembuhkan segala macam penyakit di mana segala usaha pengobatan lainya telah mengalami kegagalan. Justru itulah, maka puasa ini bukan hanya sekedar kewajiban, akan tetapi sudah merupakan kebutuhan.
Menurut analisa atau hasil penyelidikan Dr. Robert Partolo dari Amerika, puasa adalah usaha yang sangat baik untuk menyelamatkan tubuh manusia dari kuman-kuman, diantaranya kuman Syphilis yang banyak membinasakan darah manusia.
Dr. Peter Schimidberger dalam bukunya Zero diet menjelaskan, bahwa puasa bukan sekedar untuk melangsingkan tubuh, akan tetapi merupakan sarana yang paling efektif untuk penyembuhan berbagai macam penyakit atau gangguan tubuh. Dengan puasa akan membuat larutnya gumpalan lemak (kolestrol) bersama dengan sisa-sisa makanan yang mengandung zat-zat beracun.
Sebagian besar (jumhur) ahli-ahli kesehatan sepakat mengatakan,bahwa alat pencernaan (perut) adalah merupakan sumber dari berbagai macam penyakit. Hal ini sejalan dengan ajaran Nabi yang dilukiskan para hukamah yang berbunyi: Al-bithnu ashlid-daai wal miyatu ashlud-dawaa i (Perut itu pangkal segala penyakit, dan memeliharanya itu pangkal dari pada pengobatan).
Perut merupakan terminal dalam tubuh. Tempat dimana berlabuh dan berhenti segala makanan dan minuman. Ikan, daging, nasi, sayur, dan segala makanan dan segala macam bertumpuk disana dan tersimpan dalam beberapa waktu. Justru itulah perut dibersihkan setidaknya sekali dalam setahun dengan jalan mengerjakan puasa.

D. FAKTOR PSIKOLOGI

Dokter Carel yang pernah mendapat hadiah nobel mengatakan: ketentraman yang ditimbulkan karena ibadah dan do’a, merupakan pertolongan besar bagi pengobatan. Maka kalau kita kaitkan antara ibadah puasa dengan kejiwaan (Psikologi) sebagai alat penyembuhan suatu penyakit, memang mempunyai hubungan yang erat. Disamping itu membuat seseorang menjadi lebih gembira terutama ketika setiap akan berbuka. Hal itu dilukiskan oleh Nabi saw dalam haditsnya yang berbunyi:
للصائم فرحتان يفرح بهما فرحة عند إفطاره وفرحة عند لقاءربه.
Artinya: “Orang yang berpuasa mengalami dua kegembiraan, yaitu kegembiraan diwaktu berbuka puasa dan kegembiraan ketika berjumpa Tuhanya. Hadits Sunan Ibnu Majjah .
Perasaan gembira ktika berbuka itu memang luar biasa. Sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata, dengan angka dan aksara. Maka apabila kita kaitkan dengan ketentraman jiwa dan perasaan gembira dengan usaha penyembuhan atau alat pertolongan pada pengobatan sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Carel, berarti puasa termasuk dalam bahagian itu (pengobatan).

E. ASPEK SOSIAL
Dalam hubungannya dengan bulan puasa Ramadhan, bentuk-bentuk aktiviti sosial hendaknya digalakkan dan digandakan dari bulan-bulan lainnya. Sebab bulan puasa dalam Islam merupakan bulan kebaikan, rahmat dan pengampunan (maghfirah). Oleh karena itu bulan puasa hendaknya dijadikan sebagai bulan sosial yang bisa menyelesaikan problematika sosial umat Islam terutama pengentasan kemiskinan.
Sudah menjadi naluri seorang muslim, ketika akan memasuki bulan puasa, benih-benih kesosialan akan muncul sendiri dari batin insan mukmin. Perasaan peka ini timbul tanpa diundang ataupun dipaksakan. Oleh kareana itu, dalam bulan puasa ini kita akan menyasikan berbagai kegiatan sosial. Di antara bentuk kegiatan sosial dalam bulan puasa adalah menyediakan buka puasa bersama, menyedekahkan harta, mempererat hubungan silaturrahim antara keluarga dan lain-lain.
Dari kegiatan sosial ini akan kelihatan jelas hakikat puasa bagi seorang muslim. Jika seorang muslim membiasakan diri memberi bantuan pada bulan puasa, maka hendaknya kebiasaan itu dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya. Dengan sikap seperti ini, sudah dapat dipastikan tercipta kebersamaan dan persatuan umat Islam untuk mengentaskan kemiskinan.
Dengan demikian, seorang muslim dalam bulan puasa Ramadhan dapat memberikan harapan kehidupan yang optimis pada jiwa saudaranya yang hidup dalam kemiskinan.
Dalam konteks sosial umat islam saat ini, zakat perlu ditingkatkan, sebab zakat merupakan instrumen penting seorang mu’min. Karena zakat itu sendiri berada pada posisi kedua dari rukun Islam. Dan ini menandakan betapa pentingnya peranan zakat dalam Islam. Dan ini terbukti dari beberapa firman Allah swt, manakala perkataan shalat selalu bergandengan dengan perkatan zakat. Sebagai contohnya, di dalam al-Qur’an disebutkan:
وأقيموا الصلاة وآتوا الزكاة وركعوا مع الراكعين.
Yang artinya: “Dan dirikanlah Sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. Al Baqarah: 43.

Dan masih banyak lagi ayat lain seperti: al-Baqarah: 110. an-Nisa’: 77. at-Taubah: 5, 11. al-Hajj: 41, 78. an-Nur: 56. al-Mujadilah: 13. al-Muzammil: 20. al-Anbiya: 73.
Dari sekian ayat di atas, pesan yang dapat ditangkap adalah bahwa zakat merupakan media komunikasi hamba dengan Allah. Di sampng itu zakat merupakan instrumen Allah kepada hambanya untuk memanusiawikan manusia.
Pada permulaan tulisan ini disebutkan bahwa salah seorang tokoh orientalis bernama Ricardo de Monte Croce, mengakui kemapanan dan kemampuan zakat dalam mengentaskan kemiskinan. Dan zakat merupakan bukti bahwa Islam sangat memperhatikan nasib orang miskin. Sebab zakat ini merupakan sarana pemerataan hidup dengan target meminimalkan angka kemiskinan.
Betapa tidak, seorang mukmin tatkala mengingkari kewajiban zakat ini akan digolongkan sebagai orang kafir. Sebab seorang muslim akan diukur nilai ketaatannya dalam mengamalkan Islam dari aspek zakat. Dalam artian, iman seseorang belum mencapai tahap kesempurnaan kalau belum mengeluarkan kewajiban zakatnya.

PENUTUP

Kesimpulannya, bulan puasa ini adalah tempat mengasah kepedulian sosial umat Islam. Selama satu bulan menahan lapar dan dahaga dengan tujuan beribadah kepada Allah. Di samping itu, tersirat makna dan i’tibar kepada semua umat islam untuk ikut merasakan kehidupan orang lain yang tidak berkecukupan, sakit, pedih dan berbagai macam kesusahan hudup yang dihadapi oleh orang lain. Dan pada gilirannya, pengamalan zakat ini adalah dari umat untuk u

0 komentar:

Posting Komentar

Coment To FB